Inisiasi adalah sebuah disiplin keilmuan dalam hal
perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan (menjalankan serta
pengendalian), untuk dapat mencapai tujuan-tujuan proyek.
Proyek
adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan
awal pekerjaannya dan waktu selesainya (dan biasanya selalu dibatasi
oleh waktu, dan seringkali juga dibatasi oleh sumber pendanaan), untuk
mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan unik,
[1]
dan pada umumnya untuk menghasilkan sebuah perubahan yang bermanfaat
atau yang mempunyai nilai tambah. Proyek selalu bersifat sementara atau
temporer dan sangat kontras dengan bisnis pada umumnya
(Operasi-Produksi)
[2],
dimana Operasi-Produksi mempunyai sifat perulangan (repetitif), dan
aktifitasnya biasanya bersifat permanen atau mungkin semi permanen untuk
menghasilkan
produk atau
layanan (jasa/servis). Pada prakteknya, tipe
manajemen pada kedua sistem ini sering berbeda, dengan kemampuan teknis dan keputusan
manajemen strategis yang spesifik.
Tantangan utama sebuah
proyek adalah mencapai sasaran-sasaran dan tujuan proyek dengan menyadari adanya batasan-batasan yang telah dipahami sebelumnya.
[3] Pada umumnya batasan-batasan itu adalah ruang lingkup pekerjaan, waktu pekerjaan dan
anggaran
pekerjaan. Dan hal ini biasanya disebut dengan "triple constrains" atau
"tiga batasan". Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan harkat dan
martabat individu dalam menjalankan proyek, maka batasan ini kemudian
berkembang dengan ditambahkan dengan batasan keempat yaitu faktor
keselamatan. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengoptimasikan dan pengalokasian semua
sumber daya dan mengintegrasikannya untuk mencapai tujuan proyek yang telah ditentukan.
Sejarah
Tidak ditemukan sumber yang pasti mengenai bagaimana sejarah
manajemen proyek yang sebenarnya. Namun, bukti terhadap
diimplementasikannya ilmu manajemen proyek sudah ada sejak ribuan tahun
yang lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya piramid raksasa di
kota Mesir.
Piramida
yang secara umum merupakan sebuah bangunan yang berfungsi sebagai makam
raja-raja dan juga sebagai sarana tempat peribadahan, merupakan bukti
yang paling menakjubkan dari penerapan ilmu manajemen proyek pada masa
lalu. Pembangunan piramid yang tidak dilakukan sembarangan membuktikan
bahwa desain dari setiap sudut bangunan diperhitungkan dengan sangat
teliti. Hampir setiap piramid dibangun dengan memperhitungkan jarak
piramid dengan matahari, karena matahari merupakan elemen terpenting
bagi kehidupan masyarakat kuno. Pembangunan piramid ini tidak mungkin
dapat terlaksana jika tidak ada orang yang melakukan perencanaan,
pengorganisasian dan menggerakkan para pekerja serta melakukan
pengontrolan dalam pembangunannya. Dan sejarah pun mencatat bahwa bangsa
Indonesia juga mempunyai catatan gemilang dalam Manajemen Proyek, salah
satunya adalah
Borobudur yang dibangun pada kurun waktu antara 760 dan 830 AD pada masa puncak kejayaan wangsa
Syailendra di
Jawa Tengah.
Sebagai sebuah dispilin keilmuan, Manajemen Proyek dikembangkan dari
beberapa bidang aplikasi termasuk didalamnya konstruksi sipil, teknik
rekayasa, dan juga aktivitas di bidang HANKAM (pertahanan-keamanan)
[5].
Manajemen Proyek telah diterapkan dari awal perabadan manusia. Di
antaranya misalnya Vitruvius (1 abad SM), Christopher Wren (1632-1723),
Thomas Telford (1757-1834) dan Isambard Kingdom Brunel (1806-1859).
[6]
Kemudian baru pada tahun 1900 an Manajemen Proyek dengan proses
sistematiknya diterapkan pada proyek rekayasa yang kompleks. Dua tokoh
yang fenomenal dari manajemen proyek. Adalah Henry Gantt, disebut ayah
dari teknik perencanaan dan kontrol
[7],
yang terkenal dengan penggunaan tentang Gantt chart sebagai alat
manajemen proyek;. dan kemudian Henri Fayol untuk ciptaan-Nya dari 5
fungsi manajemen yang membentuk dasar dari tubuh pengetahuan yang
terkait dengan proyek dan manajemen program
[8].
Gantt dan Fayol, keduanya adalah mahasiswa Frederick Winslow Taylor
untuk memperdalam teori manajemen ilmiah. Karyanya adalah pelopor alat
manajemen proyek modern termasuk rincian struktur kerja (WBS - Work
Breakdown Structure) dan alokasi sumber daya.
Tahun 1950 menandai awal era Manajemen Proyek modern datang
bersama-sama dengan bidang Rekayasa Teknis (Enjinering) sebagai satu
kesatuan. Manajemen proyek menjadi dikenal sebagai suatu disiplin ilmu
yang berbeda yang timbul dari disiplin ilmu manajemen dengan model
rekayasa Di Amerika Serikat
[9].
Sebelum tahun 1950-an secara garis besar, proyek dikelola dengan
menggunakan Grafik Gantt, sebagai suatu alat dan teknik informal. Pada
saat itu, dua model penjadwalan proyek dengan model matematis sedang
dikembangkan. Yang pertama adalah Metode Jalur Kritis (CPM - Critical
Path Method) yang dikembangkan pada suatu proyek sebagai usaha patungan
antara DuPont Corporation dan Remington Rand Corporation untuk mengelola
proyek-proyek pemeliharaan tanaman. Dan yang kedua adalah "Evaluasi
Program dan Tinjauan Teknik" (atau PERT - Program Evaluation and Review
Technique), dikembangkan oleh Booz Allen Hamilton sebagai bagian dari
Angkatan Laut Amerika Serikat (dalam hubungannya dengan Lockheed
Corporation) dalam pengembangan Program rudal kapal selam Polaris;
Perhitungan teknik matematis ini kemudian cepat menyebar ke
perusahaan-perusahaan swasta untuk diterapkan. Dalam waktu yang sama,
model penjadwalan-proyek juga sedang dikembangkan, teknik menghitung
biaya proyek, manajemen biaya, dan ekonomi teknik terus berkembang,
dengan kepeloporannya oleh Hans Lang dan lain-lain.
Pada tahun 1956, American Association of Cost Engineers (AACE), yang
sekarang disebut AACE Internasional; Asosiasi Internasional untuk ahli
Teknik Biaya yang pada awalnya dibentuk oleh praktisi manajemen proyek
dan spesialisasi terkait dengan perencanaan dan penjadwalan, perkiraan
biaya , dan pengenadalian jadwal proyek (Pengendali Proyek - Project
Control). AACE terus bekerja sebagai perintis dan pada tahun 2006
pertama kali merilis proses yang terintegrasi untuk manajemen
portofolio, program dan proyek (Total Cost Management Framework). AACE
meneawarkan beberapa sertifikasi seperti CCE, PSP dan lain sebagainya.
Pada tahun 1967, International Project Management Association (IPMA)
didirikan di Eropa, sebagai sebuah federasi dari beberapa asosiasi
manajemen proyek nasional. IPMA memelihara struktur federal hari ini dan
sekarang termasuk asosiasi anggota pada setiap benua kecuali Antartika.
IPMA menawarkan Sertifikasi Tingkat Empat program yang berdasarkan
Baseline IPMA Kompetensi (ICB). ICB ini mencakup kompetensi teknis,
kompetensi kontekstual, dan kompetensi perilaku.
Pada tahun 1969, Project Management Institute (
PMI) dibentuk di Amerika Serikat.PMI menerbitkan buku Panduan yang sering disebut dengan
PMBOK Guide (
Project Management Body of Knowledge
Guide), yang menggambarkan praktek manajemen proyek yang umum untuk
"hampir semua proyek dan hampir semua waktu". PMI juga menawarkan
beberapa sertifikasi seperti PMP, CAMP dan lain sebagainya.
Di Indonesia sendiri Manajemen Proyek berkembang pada era tahun
1970-1990 an diawali dengan semakin banyaknya berkembang proyek-proyek
infrastruktur yang banyak memerlukan profesional di bidang Manajemen
Proyek. Salah satunya yang berdiri pertama kali adalah Project
Management Institut Chapter Jakarta (yan sekarang disebut PMI -
Indonesia). PMI Indonesia didirikan pada tahun 1996 dan merupakan
organisasi yang didedikasikan untuk meningkatkan, konsolidasi dan
penyaluran manajemen proyek Indonesia dan bekerja untuk pengembangan
pengetahuan dan keahlian untuk kepentingan semua
stakeholder.
Organisasi ini adalah salah satu cabang dari Project Management
Institute (PMI), sebuah organisasi, nirlaba profesional di seluruh dunia
terkemuka.
Dan pada tanggal 16 Juli 1999 didirikanlah Ikatan Ahli Manajemen
Proyek Indonesia (IAMPI) yang merupakan asosiasi dari para Ahli
Manajemen Proyek Indonesia dan didirikan di Jakarta, sebagai salah satu
asosiasi profesi anggota LPKJ. Lembaga IAMPI ini juga menawarakan
sertifikasi yang betaraf nasional di Indonesia.
Dan terakhir adalah lembaga ITAPPI (Ikatan Tenaga Ahli Pengendali
Proyek Indonesia) yang didirikan pada tahun 2008 dan merupakan
organisasi profesional dengan bidang pengendali proyek (Project
Control).
Proses
Pendekatan mengenai tahapan proyek secara umum adalah
mengidentifikasi urutan langkah yang harus diselesaikan. Dalam
"pendekatan tradisional" ini, lima komponen perkembangan proyek dapat
dibedakan (empat tahap ditambah kontrol) dan ditambah lagi tahapan
penyelesaian proyek, yang dapat juga dapat disebut "Siklus Kehidupan
Proyek" (Project Life Cycle). Secara umum, siklus hidup proyek merupakan
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah proyek
direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak proyek disepakati untuk
dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai. Terdapat lima tahap
kegiatan utama yang dilakukan dalam siklus hidup proyek yaitu :
- inisiasi;
- perencanaan dan desain;
- pelaksanaan dan konstruksi;
- pemantauan dan sistem pengendalian;
- penyelesaian.
Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi proyek merupakan tahap awal kegiatan proyek sejak
sebuah proyek disepakati untuk dikerjakan. Pada tahap ini, permasalahan
yang ingin diselesaikan akan diidentifiasi. Beberapa pilihan solusi
untuk menyelesaikan permasalahan juga didefinisikan. Sebuah studi
kelayakan dapat dilakukan untuk memilih sebuah solusi yang memiliki
kemungkinan terbesar untuk direkomendasikan sebagai solusi terbaik dalam
menyelesaikan permasalahan. Ketika sebuah solusi telah ditetapkan, maka
seorang manajer proyek akan ditunjuk sehingga tim proyek dapat
dibentuk.
Tahap Perencanaan dan Desain
Ketika ruang lingkup proyek telah ditetapkan dan tim proyek
terbentuk, maka aktivitas proyek mulai memasuki tahap perencanaan. Pada
tahap ini, dokumen perencanaan akan disusun secara terperinci sebagai
panduan bagi tim proyek selama kegiatan proyek berlangsung. Adapun
aktivitas yang akan dilakukan pada tahap ini adalah membuat dokumentasi
project plan, resource plan, financial plan, risk plan, acceptance plan,
communication plan, procurement plan, contract supplier dan perform
phare review.
Tahap Eksekusi (Pelaksanaan proyek dan/atau Konstruksi) Dengan
definisi proyek yang jelas dan terperinci, maka aktivitas proyek siap
untuk memasuki tahap eksekusi atau pelaksanaan proyek. Pada tahap ini,
deliverables atau tujuan proyek secara fisik akan dibangun. Seluruh
aktivitas yang terdapat dalam dokumentasi project plan akan dieksekusi.
Tahap Pemantaun dan sistem Pengendalian
Sementara kegiatan pengembangan berlangsung, beberapa proses
manajemen perlu dilakukan guna memantau dan mengontrol penyelesaian
deliverables sebagai hasil akhir proyek.
Tahap Penutupan
Tahap ini merupakan akhir dari aktivitas proyek. Pada tahap ini,
hasil akhir proyek (deliverables project) beserta dokumentasinya
diserahkan kepada pelanggan, kontak dengan supplier diakhiri, tim proyek
dibubarkan dan memberikan laporan kepada semua stakeholder yang
menyatakan bahwa kegiatan proyek telah selesai dilaksanakan. Langkah
akhir yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan post
implementation review untuk mengetahui tingkat keberhasilan proyek dan
mencatat setiap pelajaran yang diperoleh selama kegiatan proyek
berlangsung sebagai pelajaran untuk proyek-proyek dimasa yang akan
dating. Organisasi Proyek Tahapan ini merupakan tahapan sebuah proyek
sebelum kemudian ditutup (penyelesaian). Namun tidak semua proyek akan
melalui setiap tahap, artinya proyek dapat dihentikan sebelum mereka
mencapai penyelesaian. Beberapa proyek tidak mengikuti perencanaan
terstruktur dan / atau proses pemantauan. Beberapa proyek akan melalui
langkah 2, 3 dan 4 beberapa kali.
Banyak industri menggunakan variasi pada tahap-tahapan proyek ini.
Sebagai contoh, ketika bekerja pada sebuah perencanaan desain dan
konstruksi, proyek biasanya akan melalui tahapan dengan nama yang
berbeda-beda seperti pada tahapan Perencanaan dengan nama:
Pra-Perencanaan, Desain Konseptual, Desain Skema, Pengembangan Desain,
Gambar Konstruksi (atau Dokumen Kontrak), dan/atau Administrasi
Konstruksi.
Topik yang lain
Manajemen Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya
dilakukan satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka
waktu yang pendek. Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi
tersebut, biasanya terdapat suatu proses yang berfungsi untuk mengolah
sumber daya proyek sehingga dapat menjadi suatu hasil kegiatan yang
menghasilkan sebuah bangunan. Adapun proses yang terjadi dalam rangkaian
kegiatan tersebut tentunya akan melibatkan pihak-pihak yang terkait
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan terlibatnya banyak
pihak dalam sebuah proyek konstruksi maka hal ini dapat menyebabkan
potensi terjadinya konflik juga sangat besar sehingga dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa proyek konstruksi sebenarnya mengandung konflik
yang cukup tinggi juga.
Manajemen Konstruksi pada umumnya akan meliputi mutu fisik
konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material serta manjemen tenaga
kerja. Pada prinsipnya, dalam manajemen konstruksi, manajemen tenaga
kerja merupakan salah satu hal yang akan lebih ditekankan. Hal ini
disebabkan manajemen perencanaan hanya berperan sekitar 20% dari rencana
kerja proyek. Sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya
pengendalian biaya dan waktu proyek. Adapun fungsi dari manajemen
konstruksi yaitu :
- Sebagai Quality Control sehingga dapat menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
- Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan yang tidak
pasti serta mengatasi kendala terjadinya keterbatasan waktu pelaksanaan
- Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai. Hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
- Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan dalam pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan
- Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sebuah sistem informasi
yang baik yang dapat digunakan untuk menganalisis performa dilapangan
Manajemen Waktu Proyek
Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang manajer proyek. Manajemen waktu proyek dibutuhkan
manajer proyek untuk memantau dan mengendalikan waktu yang dihabiskan
dalam menyelesaikan sebuah proyek. Dengan menerapkan manajemen waktu
proyek, seorang manajer proyek dapat mengontrol jumlah waktu yang
dibutuhkan oleh tim proyek untuk membangun deliverables proyek sehingga
memperbesar kemungkinan sebuah proyek dapat diselesaikan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan. Terdapat beberapa proses yang perlu
dilakukankan seorang manajer proyek dalam mengendalikan waktu proyek
yaitu : 1. Mendefinisikan aktivitas proyek. Merupakan sebuah proses
untuk mendefinisikan setiap aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan proyek. 2. Urutan aktivitas proyek. Proses ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mendokumentasikan hubungan antara tiap-tiap
aktivitas proyek. 3. Estimasi aktivitas sumber daya proyek. Estimasi
aktivitas sumber daya proyek bertujuan untuk melakukan estimasi terhadap
penggunaan sumber daya proyek. 4. Estimasi durasi kegiatan proyek.
Proses ini diperlukan untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan proyek. 5. Membuat jadwal proyek. Setelah seluruh
aktivitas, waktu dan sumber daya proyek terdefinisi dengan jelas, maka
seorang manager proyek akan membuat jadwal proyek. Jadwal proyek ini
nantinya dapat digunakan untu menggambarkan secara rinci mengenai
seluruh aktivitas proyek dari awal pengerjaan proyek hingga proyek
diselesaikan. 6. Mengontrol dan mengendalikan jadwal proyek. Saat
kegiatan proyek mulai berjalan, maka pengendalian dan pengontrolan
jadwal proyek perlu dilakukan. Hal ini diperlukan untuk memastikan
apakah kegiatan proyek berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan
atau tidak. Setiap proses di atas setidaknya terjadi sekali dalam setiap
proyek dan dalam satu atau lebih tahapan proyek. FWDNJK9QE2EJ
Manajemen Ruang Lingkup Proyek
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer proyek
handal adalah kemampuan dalam melakukan manajemen ruang lingkup proyek.
Dalam hal ini, seorang manajer proyek harus mampu memastikan bahwa
seluruh aktivitas yang dilakukan dalam proyek adalah aktivitas yang
berhubungan dengan proyek dan aktivitas tersebut telah memenuhi
kebutuhan proyek. Dengan kata lain, manajemen ruang lingkup proyek
memiliki fungsi untuk mendefinisikan serta mengendalikan
aktivitas-aktivitas apa yang bisa dilakukan dan aktivitas-aktivitas apa
saja yang tidak boleh dilakukan dalam menyelesaikan suatu proyek.
Terdapat beberapa proses yang perlu dilakukan seorang manajer proyek
dalam melakukan manajemen ruang lingkup proyek, yaitu : 1.Perencanaan
ruang lingkup proyek. Pada tahap ini, manajer proyek akan
mendokumentasikan bagaimana ruang lingkup proyek akan didefinisikan,
diverifikasi, dikontrol dan menentukan bagaimana WBS akan dibuat serta
merencanakan bagaimana mengendalikan perubahan akan ruang lingkup
proyek. 2. Mendefinisikan ruang lingkup proyek. Pada tahap ini, ruang
lingkup proyek akan didefinisikan secara terperinci sebagai landasan
untuk pengambilan keputusan proyek dimasa depan. 3. Membuat Work
Breakdown Structure. WBS merupakan pembagian deliverables proyek
berdasarkan kelompok kerja. WBS dibutuhkan karena pada umumnya dalam
sebuah proyek biasanya melibatkan banyak orang dan deliverables,
sehingga sangat penting untuk mengorganisasikan pekerjaan-pekerjaan
tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih terperinci lagi. 4. Melakukan
verifikasi ruang lingkup proyek. Tahap ini merupakan tahap dimana final
project scope statement diserahkan kepada stakeholder untuk
diverifikasi. 5. Melakukan kontrol terhadap ruang lingkup proyek. Dalam
pelaksanaan proyek, tidak jarang ruang lingkup proyek mengalami
perubahan. Untuk itu, perlu dilakukannya kontrol terhadap perubahan
ruang lingkup proyek. Perubahan yang tidak terkendali, akan
mengakibatkan meluasnya ruang lingkup proyek.
Kompetensi Yang Harus Dimiliki Seorang Manajer Proyek
Seorang manager proyek merupakan seorang professional dalam bidang
manajemen proyek. Manajer proyek memiliki tanggung jawab untuk melakukan
perencanaan, pelaksanaan dan penutupan sebuah proyek yang biasanya
berkaitan dengan bidang industri kontruksi, arsitektur, telekomunikasi
dan informasi teknologi. Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah
proyek harus dimanage dengan baik oleh manajer proyek yang berkualitas
baik serta memiliki kompetensi yang disyaratkan. Lalu apa saja
kompetensi yang dimaksud? Seorang manajer proyek yang baik harus
memiliki kompetensi yang mencakup unsur ilmu pengetahuan (knowledge),
kemampuan (skill) dan sikap (attitude). Ketiga unsur ini merupakan salah
satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan proyek. Sebuah proyek
akan dinyatakan berhasil apabila proyek dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu, ruang lingkup dan biaya yang telah direncanakan. Manajer
proyek merupakan individu yang paling menentukan keberhasilan / kegalan
proyek. Karena dalam hal ini manajer proyek adalah orang yang memegang
peranan penting dalam mengintegrasikan, mengkoordinasikan semua sumber
daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas kenberhasilan
dalam pencapaian sasaran proyek. Untuk menjadi manajer proyek yang baik,
terdapat 9 ilmu yang harus dikuasai. Adapun ke sembilan ilmu yang
dimaksud antara lain :
- Manajemen Ruang Lingkup;
- Manajemen Waktu;
- Manajemen Biaya;
- Manajemen Kualitas;
- Manajemen Sumber Daya Manusia;
- Manajemen Pengadaan;
- Manajemen Komunikasi;
- Manajemen Resiko;
- Manajemen Integrasi.
Seorang manajer proyek yang baik juga harus mempersiapkan dan
melengkapi kemampuan diri sendiri yang bisa diperoleh melalui kursus
manajemen proyek. Adapun panduan referensi standart internasional yang
kerap dipergunakan dalam bidang manajemen proyek adalam PMBOK (Project
Management Body Of Knowledge). Setelah seorang manajer proyek dirasa
cukup menguasai bidang pekerjaan yang sedang dijalani, maka disarankan
untuk dapat mengambil sertifikasi manajemen proyek. Mereka yang berhasil
mendapatkan sertifikasi ini akan memperoleh gelar PMP (Project
Management Professional) dibelakang namanya sebagai bukti dimilikinya
kemampuan terkait.
Tipe Organisasi didalam Proyek
Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak
rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya
serta memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan.
Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek,
maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber
daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron
sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi proyek juga dibutuhkan
untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang
efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Secara
umum, terdapat 4 jenis organisasi proyek yang biasa digunakan dalam
menyelesaikan suatu proyek. Adapun jenis-jenis organisasi proyek yang
dimaksud antara lain :
1. Organisasi Proyek Fungsional
Dalam organisasi proyek fungsional, susunan organisasi proyek
dibentuk dari fungsi-fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi.
Organisasi ini biasanya digunakan ketika suatu bagian fungsional
memiliki kepentingan yang lebih dominan dalam penyelesaian suatu proyek.
Top manajer yang berada dalam fungsi tersebut akan diberikan wewenang
untuk mengkoordinir proyek. Adapun beberapa kelebihan yang terdapat
dalam organisasi proyek ini antara lain proyek dapat diselesaikan dengan
struktur dasar fungsional organisasi induk, memiliki fleksibilitas
maksimum dalam penggunaan staf, adanya pembauran berbagai jenis keahlian
bagi tiap-tiap fungsi serta peningkatan terhadap profesionalisme pada
sebuah divisi fungsional. Sedangkan beberapa kelemahan yang ditemui
dalam organisasi proyek fungsional antara lain proyek biasanya kurang
fokus, terdapat kemungkinan terjadinya kesulitan integrasi antar
tiap-tiap fungsi, biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama serta
motivasi orang-orang yang terdapat dalam organisasi menjadi lemah.
2. Organisasi Proyek Tim Khusus
Dalam organisasi proyek tim khusus, organisasi akan membentuk tim
yang bersifat independen. Tim ini bisa direkrut dari dalam dan luar
organisasi yang akan bekerja sebagai suatu unit yang terpisah dari
organisasi induk. Seorang manajer proyek full time akan ditunjuk dan
diberi tanggung jawab untuk memimpin tenaga-tenaga ahli yang terdapat
dalam tim. Adapun beberapa kelebihan yang terdapat dalam organisasi
proyek tim khusus yakni tim akan terbentuk dengan bagian-bagian yang
lengkap dan memiliki susunan komando tunggal sehingga tim proyek
memiliki wewenang penuh atas sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran
proyek, sangat dimungkinkan ditanggapinya perubahan serta dapat diambil
sebuah keputusan dengan tepat dan cepat karena keputusan tersebut
dibuat oleh tim dan tidak menunda hierarki, status tim yang mandiri akan
menumbuhkan identitas dan komitmen anggotanya untuk menyelesaikan
proyek dengan baik, jalur komunikasi dan arus kegiatan menjadi lebih
singkat, mempermudah koordinasi maupun integrasi personel serta
orientasi tim akan lebih kuat kepada kepentingan penyelesaian proyek.
Sedangkan beberapa kelemahan yang ditemukan dalam organisasi proyek ini
adalah biaya proyek menjadi besar karena kurang efisien dalam membagi
dan memecahkan masalah dalam penggunaan sumber daya, terdapat
kecendrungan terjadinya perpecahan antara tim proyek dengan organisasi
induk serta proses transisi anggota tim proyek untuk kembali ke fungsi
semula jika proyek telah selesai akan terasa sulit karena telah
meninggalkan departemen fungsionalnya dalam waktu yang lama.
3. Organisasi Proyek Matriks
Organisasi proyek matriks merupakan suatu organisasi proyek yang
melekat pada divisi fungsional suatu organisasi induk. Pada dasarnya
organisasi ini merupakan penggabungan kelebihan yang terdapat dalam
organisasi fungsional dan organisasi proyek khusus. Beberapa kelebihan
yang terdapat dalam bentuk organisasi ini yaitu manajer proyek
bertanggung jawab penuh kepada proyek, permasalahan yang terjadi dapat
segera ditindaklanjuti, lebih efisien karena menggunakan sumber daya
maupun tenaga ahli yang dimiliki pada beberapa proyek sekaligus serta
para personel dapat kembali ke organisasi induk semula apabila proyek
telah selesai. Adapun beberapa kekurangan yang terdapat dalam bentuk
organisasi proyek ini antara lain manajer proyek tidak dapat mengambil
keputusan mengenai pelaksanaan pekerjaan dan kebutuhan personel karena
keputusan tersebut merupakan wewenang dari pada departemen lain,
terdapat tingkat ketergantungan yang tinggi antara proyek dan organisasi
lain pendukung proyek serta terdapat dua jalur pelaporan bagi personel
proyek karena personel proyek berada dibahwah komando pimpinan proyek
dan departemen fungsional. 4. Organisasi Proyek Virtual Organisasi
proyek virtual adalah suatu bentuk organisasi proyek yang merupakan
aliansi dari beberapa organisasi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu
produk tertentu. Struktur kolaborasi ini terdiri dari beberapa
organisasi lain yang saling bekerjasama dan berada disekelilin
perusahaan inti. Adapun beberapa kelebihan yang terdapat dalam susunan
organisasi proyek virtual ini antara lain terjadi pengurangan biaya yang
signifikan, cepat beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi
serta adanya peningkatan terhadap fleksibilitas usaha. Sedangkan
beberapa kekurangan yang terdapat dalam organisasi ini yakni proses
koordinasi keprofesionalan dari berbagai organisasi yang berbeda dapat
menjadi hambatan, terdapat potensi terjadinya kehilangan kontrol pada
proyek serta terdapat potensi terjadinya konflik interpersonal.
Jenis-jenis Proyek
Proyek merupakan aktivitas yang bersifat temporer. Dalam
pengerjaannya, selalu ada batasan (time, scope dan budget) yang
mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan proyek. Perubahan terhadap salah
satu faktor akan mempengaruhi faktor yang lain. Seluruh aktivitas yang
terdapat pada proyek merupakan sebuah mata rantai yang dimulai sejak
dituangkannya ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai
benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaannya semula.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat berbagai jenis kegiatan
proyek. Jenis-jenis kegiatan proyek tersebut secara garis besar terkait
dengan pengkajian aspek ekonomi, keuangan, permasalahan lingkungan,
desain engineering, marketing, manufaktur, dan lain-lain. Namun, pada
kenyataannya, kita tidak dapat membagi-bagi proyek pada satu jenis
tertentu saja, kerena pada umumnya kegiatan proyek merupakan kombinasi
dari beberapa jenis kegiatan sekaligus. Akan tetapi, jika ditinjau dari
aktivitas yang paling dominan yang dilakukan pada sebuah proyek, maka
kita dapat mengkategorikan proyek sebagai berikut :
1. Proyek Engineering Kontruksi Dalam kegiatannya, aktivitas yang
paling dominan yang dilakukan dalam proyek ini adalah pengkajian
kelayakan, desain engineering, pengadaan dan konstruksi.
2. Proyek engineering Manufacture Secara garis besar, kegitan proyek
ini meliputi seluruh kegitan yang bersifat untuk menghasilkan produk
baru.
3. Proyek Pelayanan Manajemen Dalam pengerjaannya, aktivitas utama
dalam proyek ini adalah merancang system informasi manajemen, merancang
program efisiensi dan penghematan, diversifikasi, penggabungan dan
pengambilalihan, memberikan bantuan emergency untuk daerah yang terkena
musibag, merancang strategi untuk mengurangi kriminalitas dan penggunaan
obat-obat terlarang dan lain-lain.
4. Proyek Penelitian dan Pengembangan. Adapun aktivitas utama yang
dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini meliputi melakukan penelitian dan
pengembangan suatu produk tertentu.
5. Proyek Kapital Secara umum, kegiatan yang dilakukan dalam proyek
ini biasanya digunakan oleh sebuah badan usaha atau pemerintah, misalnya
pembebasan tanah, penyiapan lahan dan pembelian material. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat juga ditarik suatu kesimpulan yaitu bahwa dalam
suatu jenis proyek yang memiliki beberapa aktivitas sekaligus, maka
pembagiannya merupakan kombinasi. Proyek pembuatan sumur minyak dan gas,
jika ditinjau dari segi pembangunannya dapat dikategorikan sebagai
proyek engineering konstruksi. Namun, dari seluruh tahapan dan biaya
yang dibutuhkan pada pelaksanaannya dapat dikategorikan sebagai proyek
capital. 6. Yang kami butuhkan ada 7 tapi yang ada kok 5